Rabu, 19 Agustus 2009

Drama Si Makelar

Weitss,,mungkin pada nanya ya, kenapa judulnya "drama si makelar"?? Yg pasti ni tulisan bukan nyeritain tentang kisah makelar yg kayak cerita-cerita sinetron, yg merharu biru, nangis-nangis, yg lemah disiksa (kok jd ngemengin sinetron?). Kembali ke topik, "drama si makelar" merupakan cerita hidup makelar yg dibuat kayak drama. Gimana enggak, coba bayangin deh, ni kisah hidup aku yg harus berurusan sama makelar. Someday, aku butuh kontrakan karena kontrakanku yg lama udah habis (masa kontraknya, bukan habis dimakan tikus) and then, aku nemu kontrakan disuatu daerah berinisial K, tu kontrakan yg punya nggak ditempat itu tapi diluar pulau, mau nggak mau aku mesti berurusan sama pihak ketiganya (makelar).

Drama episode 1:
si makelar ngomong kalo rumah yg mau dikontrak mau ditempatin sama yg punya, kalo aku mau ngontrak, aku harus siap sama kemungkinan terburuk (diusir).

Drama episode 2:
aku nggak percaya sama yg dibilang makelar, trus aku minta no.telp orang yg punya rumah. Dengan berat tu makelar ngasih, tapi dalam drama ini dia juga sempet coba-coba, aku dikasih tiga nomer hp yg setelah aku coba hubungin ternyata cuma satu yg aktif.

Drama episode 3:
aku nyoba konfirmasi yg aku dapet ke orang yg punya rumah (via telpon), setelah ngomong-ngomong, ternyata tu info nggak bener, terbukti kalo makelar bokis. Tanpa pikir panjang (ngapain juga panjang-panjang?) aku telpon si makelar dan bongkar kebokisannya.

Drama episode 4:
makelar nyiptain konflik baru, dia ngomong kalo rumah itu nggak bakal ditempatin, tapi bakal dijual (ow ow ow, the conflic was complicated). Balik lagi aku konfirmasi ke yang punya rumah, kali ini si makelar sama orang yg punya rumah sepaham (mungkin mereka sehati atau cuma skrip yg sudah diciptain makelar).

Drama episode 5:
aku sama teman-teman datang kerumah makelar buat negosiasi sambil bawa uang 7juta yg siap buat nggampar mulut makelar. Waktu negosiasi si makelar nawarin 2 alternatif. Alternatif pertama, harga tetap tapi dengan catatan (kalo rumah laku, maka kita diusir). Alternatif 2, harga rumah naik satu juta (nggak bisa ditawar). Mau nggak mau kita setuju sama alternatif 2.

Kesimpulan:
mungkin drama-drama yg diciptain si makelar cuma alasan supaya dia bisa dapet uang lebih, cari untung lebih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar